Wednesday, June 16, 2010

Cipluk... :'(

Dulu...
Aku punya kucing. Namanya Pussy. Dia betina. Badannya besar dan kelihatannya udah tua. Waktu pertama kali ke rumahku, dia lagi hamil. Karena dia nurut dan lucu banget akhirnya kupelihara di rumah. Pas perutnya makin membuncit, dia udah mulai jarang ke rumah. Setelah 1-2 bulan, akhirnya dia balik lagi dengan perut kempes. Berarti udah melahirkan dan dia rawat anaknya di luar, ya... beberapa hari kemudian, aku lihat kucing betina melintas di samping rumahnya Putri. Warnanya persis seperti Pussy. Cuma beda mata, kali ini sorot matanya lebih tajam. Dan dia kelihatan lebih muda. "Mungkin anaknya Pussy," batinku.
Setelah beberapa lama Pussy bolak-balik main ke rumahku, tiba-tiba dia nggak ke rumah lagi. Selama tiga hari dia menghilang sampai akhirnya Mba' Mar ngasih tau aku kalau Pussy udah meninggal. Tetangganya Mba' Mar yang nemuin jasadnya. Dia meninggal saat sedang berteduh di balik tumpukan kayu waktu hujan deras di malam hari. Tiba-tiba tumpukan kayu itu jatuh dan menimpa Pussy. Untungnya Pussy nggak kena. Tapi kayaknya dia kekurung di sana selama tiga hari sampai akhirnya dia meninggal...
Anehnya, aku nggak nangis. Aku cuma kasihan. Sayang banget, kenangan bersama Pussy ada banyak tapi belum sempat didokumentasikan. Eh, tapi ada, sih... fotonya. Itupun cuma selembar di HP adikku.
Jadi, tiap aku lewat rumahnya Putri dan liat kucing betina itu, aku selalu berpikir kalau Pussy masih ada... hanya dalam wujud yang sedikit berbeda.

Kemudian...
Beberapa hari setelah Pussy meninggal, Mba' Mar datang dengan seekor kucing baru, kucing jantan. Diberi nama Puzzle. Awalnya aku nggak terima, karena aku lebih suka kucing betina. Tapi semakin hari kucing ini semakin memikat perhatian aku. Dia memang kucing jantan, tapi centil dan manjanya minta ampun. Tiap ada aku, mama, Mba' Mar, dan Hera lagi kumpul-kumpul di dekat meja setrikaan, Puzzle pasti selalu mengguling-gulingkan badannya di lantai sambil mengeong lembut. Kalau lapar dia malah berisik banget. Suaranya jadi melengking. Tapi aku tetap sayang dia... dia lucu dan penyayang. Juga cepat tangkap. Jadi... buatku, walau dia "cowok flamboyan", tapi dia kucing terpintar yang pernah ku temui.



Lanjut...
Setelah beberapa minggu memelihara Puzzle, munculah seekor kucing betina. Awalnya aku lihat dia di teras depan rumah. Begitu ku dekati, dia langsung mengelusku beberapa kali dengan lembut, seolah-olah dia memintaku untuk mengizinkannya masuk dan minta ikut dipelihara juga. Tapi, Puzzle yang cemburu ( mungkin takut kasih sayangnya direbut ) nggak terima dan langsung menghalangi kucing itu masuk. Sampai dicakar malah... awalnya aku dan Hera bingung. Tapi setelah memikirkan matang-matang dan meminta izin mama, akhirnya diizinkan.



Awalnya Puzzle nggak mau menerima kehadiran dia. Puzzle jadi lebih sering pergi-pergi. Ngambek kayaknya... ya udah, paling juga ntar dia balik lagi. Truz dia dikasih nama Sizzle ( diambil dari "Pussy" dan "Puzzle". PusSY + PuZZLE = Sizzle ). Awalnya dia memang suka ngelus-ngelus, lama-lama mulai menunjukkan kecuekannya. Tapi kita tetap sayang sama dia, kok... soalnya dia lugu dan imut. Mungil, sih, hehehe...
Setelah sekian lama, akhirnya Puzzle udah mulai bisa terima Sizzle. Awalnya memang sering berantem ( bahkan sampai cakar-cakaran dan si Sizzle malah terlihat lebih "jantan" daripada si Puzzle. Ah, dasar Puzzle kemayu...^^ ), tapi lama-lama akrab bahkan udah mau makan bareng. Sampai akhirnya si Sizzle yang penuh pesona mulai didatangi kucing-kucing jantan lainnya untuk dikawini. Si Puzzle yang awalnya terlihat kemayu di mataku mulai menunjukkan kejantanannya. Akhirnya dia kawinin juga itu si Sizzle. Hahaha...



Sizzle melahirkan...
Nggak jelas bapaknya siapa. Kita sempat pontang-panting karena walaupun udah dipindahin ke dalam kardus, si Sizzle tetap nggak betah di sana. Maunya di dalam lemari baju mama. Sampai akhirnya mama marah dan menaruh Sizzle beserta ketiga anaknya di kardus truz ditaruh di halaman belakang ( di bawah tangga pot bunga ). Tapi, sebelum Sizzle sempat membesarkan ketiga anaknya, mereka meninggal. Pertama yang putih, dia kedinginan ( dan dia memang yang kayaknya daya tahan tubuhnya paling lemah, sih... ). Kedua yang hitam, dia hilang nggak tau kemana ( kayaknya diambil kucing lain ). Ketiga yang coklat, mati kedinginan karena kehujanan.
Sampai beberapa hari kemudian pun terkadang Sizzle masih suka menengok ke arah tangga pot bunga tempat dia dan anak-anaknya dulu tinggal...

Dan sekarang...
Karena susah harus memanggil "Puzzle" dan "Sizzle", akhirnya kami memutuskan untuk mencari nama panggilan kesayangannya. "Pupluss" untuk si Puzzle dan "Cipluk" untuk si Sizzle. Jadi kalau mau memanggil mereka, harus dengan kedua nama panggilan kesayangan itu dulu, baru mau menoleh... jangan lupa diberi "nada" tersendiri saat memanggil.
"PUP~luuusss..."
"Ciplak-Cipluk!"

Kini kami mohon do'anya...
Cipluk sakit. Awalnya maunya tidur terus, lama-lama nggak mau makan. Truz matanya mulai tertutup selaput putih apa gitu ( kayak Puzzle dulu. Tapi bedanya, setelah beberapa hari kemudian dia langsung sembuh ). Beberapa hari kemudian, aku cek... uh, bau! Ternyata pantatnya Cipluk menghitam, kayak bekas kotoran dan bercampur darah yang udah menghitam. Katanya Hera, sih, sering mencret. Semakin hari dia semakin kurus... akhirnya, atas petunjuk Vendra, kubawa dia ke dokter hewan di dekat Rajawali. Katanya, sih, radang tenggorokan. Di sana dia disuntik dua kali. Suaranya kayak mau nangis... tapi suntikannya manjur! Karena setelah disuntik, beberapa jam kemudian dia udah mulai kuat jalan dan udah mulai mau makan. Senang, deh, liat dia udah mulai sehat! Tapi, sayang... belum sembuh total. Mencretnya belum berhenti sampai sekarang. Suka BAB sembarangan di dalam rumah. Dia makin bau. Sampai akhirnya mama minta supaya Cipluk nggak usah masuk dulu untuk sementara, alias dirawat di luar.
Kadang aku suka sedih... bahkan sampai nangis. Cipluk sering mengeong minta masuk, tapi cuma Pupluss yang diizinin masuk. Kadang aku suka menemui Cipluk di luar, walau harus sambil pakai masker. Sekedar mengelus-elus dia dan menemani dia makan sebentar. Yang penting rasa kangenku bisa terobati walau hanya sedikit.
Cipluk, maaf, ya... bukan maksudku pilih kasih. Tapi ini keputusan mama. Aku juga mau kamu cepat sembuh. Jangan menyerah, ya... aku akan selalu ada di sampingmu walau harus sambil menahan bau yang luar biasa. Aku sayang Pupluss... aku juga sayang Cipluk...
Makanya, untuk yang sudah membaca posting ini, mohon do'anya, ya...
Terima kasih.

4 comments:

Unknown said...

wh... itu mirip kucingku smwa mbak... hehehehe.... lucu-lucu...

little_devil said...

Wah, yang benar? Hehehe... suka kucing juga, ya? ;)

Unknown said...

Iya, mbk... yg wrna item orange itu klo pnya sya dh prnah hamil ... ^^ ... tpi akhrnya anak2ny mati smua... >< ... hikzt...

little_devil said...

Waah... kasihan... sama, dong, kayak kucing saya juga anaknya pada mati semua...