Tuesday, May 1, 2012
Cinta = Ilusi?
Aku bingung harus mulai ngomong dari mana. Yang jelas, aku kesal sekesal-kesalnya. Tapi, yah... ini juga karena kesalahanku, sih.
Berawal dari kejadian tanggal 25 Agustus 2011, dia nembak aku di depan teman-teman sekelas (X-7). Sebelumnya, aku udah dikasih tau kalau dia ada "rasa" sama aku. Waktu itu aku benar-benar kaget dan nggak nyangka... bisa-bisanya? Dan setelah kupikir matang-matang...
Mungkin... aku juga SUKA dia.
Jadi, waktu mau ada acara buka bersama dan teman-teman memaksaku ikut, aku yakin ada yang nggak beres. Feeling-ku mau ditembak. Dan... Oh My God. Feeling-ku benar.
Aku nggak nyangka bakal ditembak dengan cara seperti itu. Benar-benar nggak nyangka. Saking nggak nyangkanya sampai-sampai aku nangis terharu. Saat itu juga aku bilang kalau aku juga suka sama dia.
Tapi, orang tuaku melarangku pacaran. Jadi, ( dengan begonya ) aku tanya dia, "Kamu mau nunggu aku?"
Dan dia setuju.
Dan bodohnya lagi, aku nggak menjelaskan lebih lanjut arti dari "menunggu" itu. "Menunggu" yang kumaksud adalah apabila dalam proses menunggu itu dia menemukan yang lebih baik daripada aku, it's okay. Aku fine, kok. Nggak masalah, karena memang dari awal nggak ada ikatan di antara kita, kan?
Dan yang lebih bodohnya lagi, aku nggak ngasih tau dia tentang perasaan suka yang aku rasakan. Buat aku ( terutama setelah belajar dari pengalaman yang telah lalu ), aku menganggap bahwa rasa suka itu adalah sesuatu yang wajar. Lagipula itu juga merupakan salah satu bagian dari kehidupan remaja, kan? Tapi, caraku menanggapinya beda dengan yang lainnya, yang biasanya langsung pada jalan bareng, mojok di mana-manalah, SMS-an, telepon-teleponan, dll... aku hanya menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar, yang biasa. It's normal if I had a feeling of him, tapi buatku itu yaa... "suka" yang sebatas "suka". Udah, itu aja. Nggak berlebihan.
Tapi kamu tau, nggak apa yang dia lakukan?
Gosip menyebar di mana-mana!
Ada yang bilang aku pacaran sama dia udah satu bulan. Dan begitu aku tanya orang-orang tentang sumber berita nggak jelas itu, mereka bilang sumbernya dari si dia sendiri. What!? Kapan kita jadian!?
Okelah, aku udah memprediksikan bakal ada gosip atau "kicauan" lainnya yang mengudara. Tapi, aku sama sekali nggak nyangka bakal separah ini. Berita darimana itu? Itu beneran dia yang nyebar-nyebarin? Kalau iya, GE-ER banget itu orang.
Okay, aku mencoba sabar. Dan aku juga mencoba untuk memaklumi. Tapi ternyata nggak cuma itu aja...
Dengan status-statusnya yang selalu mengudara alias up to date, isinya tentang cintaaa... semua. Oh, God... sekolah aja belum selesai, sebegitu seriusnya kamu memikirkan soal cinta? Sebegitu dalamnya kah?
Jujur, perasaan kagum dan suka yang aku rasakan perlahan-lahan mulai luntur, bahkan berganti dengan perasaan ill-feel... sekaligus takut.
Hey, cewek mana, sih, yang nggak takut kalau tau ada cowok yang suka sama dia sampai memaparkan segala hal yang si cowok rasakan di status? Kalaupun ada, paling cuma segelintir cewek alias minoritas. Dan sisanya? Sebagian besar cewek akan menjawab takut, ill-feel, bahkan lebih parahnya lagi si cowok bakal dianggap "stalker" atau terlalu ambisius.
Aku udah coba menyindir secara halus lewat Twitter...
Dia nggak ngerti ( atau sindiranku yang emang kurang "JLEB"? ).
Aku udah coba berusaha kasih tau langsung ke dia kalau aku benar-benar nggak suka dengan "polah"-nya yang satu itu...
Tapi ku batalkan. Aku nggak tega membayangkan wajahnya yang lagi berbunga-berbunga sampai sebegitu menggebu-gebunya tiba-tiba harus down berat.
Akhirnya, aku minta tolong salah seorang sahabatku sebagai perantara...
Sahabatku udah ngomong ( walaupun lewat chatting, sih... ), dan dia bilang kalau aku salah sangka. Katanya dia cuma nulis-nulis lagu di status-statusnya itu, bukan gombalan.
Oh, maksudmu lirik-lirik lagu yang kamu tuliskan itu nggak ada maksud apa-apa selain benar-benar HANYA SEKEDAR menulis lagu?
Oh, Boy! Kamu tau, nggak? Maksudmu itu bisa disalahpahami orang lain yang membaca status-statusmu itu!
Okelah, itu hakmu untuk menuliskan apapun dalam statusmu. Aku sadar.
Okelah, nggak seharusnya aku mengatur-ngatur kamu ataupun ikut campur mengenai hakmu dalam menuangkan "kreasi"-mu di statusmu. Aku tau.
Tapi setidaknya bisa, nggak, kamu pergunakan hakmu itu secara bertanggung jawab? Maksudku, jangan sampai kamu pergunakan hakmu itu sampai orang lain merasa tidak nyaman.
Mungkin kamu memang nggak bermaksud apa-apa, tapi status-statusmu itu bisa jadi "trending topic" karena disalahartikan orang lain, dan kemungkinan terburuknya adalah kamu akan mendapat label atau cap, alias julukan yang orang lain tujukan padamu berdasarkan pemikiran-pemikiran yang kamu tuangkan di statusmu tanpa kamu "filter" terlebih dahulu.
Dan, please... bedakan mana hal privasi dan mana hal umum. Twitter itu bukan buku harian ( yah... tapi terserah, sih, kalau kamu memang menganggapnya sebagai buku harian. Yang penting jangan sampai meresahkan "warga" timeline lainnya ).
Dan jujur, yah... maaf terkesan kasar, tapi inilah aku apa adanya.
AKU PALING NGGAK SUKA SAMA COWOK TUKANG GOMBAL YANG TIDAK BISA MEMBEDAKAN MANA HAL YANG TERMASUK PRIVASI ATAU PRIBADI DAN MANA HAL YANG TERMASUK BOLEH DIUNGKAPKAN DI MUKA UMUM.
Waktu itu kesabaranku udah benar-benar habis, apalagi semenjak kemunculan statusnya yang "itu".
Akhirnya, setelah berdiskusi dan curhat sampai mewek-mewek ( lebay sekali saya ini ) dengan para sahabat, aku putuskan untuk ngomong langsung ke dia...
Bahwa aku memang bersalah. Maafkan aku.
Bahwa arti "menunggu" yang kumaksud bukan benar-benar suatu penantian yang seperti itu. "Menunggu"-ku bermaksud memberi kelonggaran padamu untuk tidak terikat padaku.
Bahwa aku masih muda, dan masih banyak hal yang ingin kukejar serta butuh konsentrasi penuh. Pendidikan, pergaulan, nilai-nilai hidup, impian, tujuan hidup...
Bahwa secara tidak langsung, aku memberitahukan tentang perasaanku yang sudah luntur. So, it's enough. We're friends now.
Dan dia bilang bahwa dia nggak masalah, kita berteman. Tapi, dia ngomong dengan wajah yang lesu ( ya iyalah! ).
Malamnya, dia nongol lagi di timeline. Kali ini, isi statusnya tentang kerelaannya melepaskan aku demi kebahagiaan aku.
Bukan. Maksudku bukan hanya untuk kebahagiaanku, tapi juga untuk kebahagiaanmu. Yang ku harapkan adalah meskipun awalnya saling tersakiti, tapi kemudian kita bisa tetap berteman dan bahagia dengan jalan kita masing-masing. Dan dari kejadian ini juga, aku pengen kita berdua sama-sama memetik pelajaran bahwa di usia kita yang masih belia ini memang belum masanya untuk membicarakan hal yang complicated seperti cinta. Coba saja kau jabarkan, bisakah kau mendefinisikan arti cinta yang mendalam dan sesungguhnya, baik secara luas maupun simple-nya?
Jangan pernah kau berani mengatakan cinta jika kau sendiri pun "salah jalur" dalam memahaminya.
Tapi, seiring berjalannya timeline...
Wah. Status-status galaunya mulai bermunculan.
Dan untuk beberapa hari ke depan, status-status itu masih suka bermunculan.
Oh, please. Kalau emang dari awal kamu bilang udah rela, ya udah. Jangan menambah kesalahpahaman orang lain. Aku tau kamu merasa sakit, tapi apa kamu kira aku juga nggak sakit? Di sini, aku terlihat sebagai pihak yang ( paling ) bersalah, dan itu rasanya menyakitkan. Semakin kamu menampakkan status-status galaumu itu, semakin merasa terpojoklah saya.
Tapi, ya sudahlah... aku paham. Aku ngerti kenapa kamu menuliskan hal-hal itu. *Mengangguk-anggukkan kepala*
Dan... Alhamdulillah, sekarang status-status seperti itu sudah jarang terlihat.
Yang jadi masalah sekarang adalah gosip yang masih terus merebak, sampai-sampai cap saya sebagai cewek PHP ( Pemberi Harapan Palsu ) pun tak kunjung hilang. Lebih parahnya lagi, gosip tentang aku dan dia yang in relationship masih aja nggak ada habisnya.
Benar-benar opera sabun yang hebat. Saya jadi geram.
Yah... ini sudah merupakan konsekuensi yang harus saya tanggung.
Bismillah... sabar.
Kalau kamu baca ini, aku minta maaf. Benar-benar maaf.
Apa kamu kaget melihat tulisanku yang satu ini?
Terkesan kasar, ya? Memang. Hehehe. Saya memang kasar dan ceplas-ceplos.
Maaf, kalau tulisan ini membuatmu panas. Tapi, sekali lagi aku BENAR-BENAR MINTA MAAF.
Dan bagi orang lain yang juga turut mambaca posting-an saya yang satu ini, selamat membaca dan silakan ambil kesimpulan masing-masing.
Cinta itu ilusi bagi orang seperti saya yang memang belum matang dalam memahami makna cinta yang sebenarnya.
Bonne Nuit.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment