Wednesday, February 20, 2013

Ibu Haryanti

Bu Haryanti,

taukah Ibu bahwa Ibu adalah satu-satunya
guru yang mampu menggugah semangat tentang kehidupan dalam diri saya
melalui cerita-cerita Ibu yang terhampar tiada batasnya?


Bu Haryanti,

tiada bosankah Ibu
mendulang perintah yang sama
meminta anak didikmu yang tak bisa berhenti berkicau
hingga waktu terlalu cepat untuk merasa usai?


Bu Haryanti,

beri ceritamu
pada kami yang haus akan dongeng kebajikanmu
yang memberi titik-titik cahaya penerang
dalam hidup remaja yang mudah tergelincir di lembah rintangan.

Tiada mengapa kau tak lagi bisa dengan jelas melihat bayang kami
karena bayang-bayang ini adalah milik Ibu, bayang-bayang para anak yang merindu
uluran kasih seorang ibu
dan guru, yang terus tegar berdiri dan mondar-mandir dalam ruang penuh bangku ini,
dan akan terus merangkul bayang Ibu hingga
Ibu dapat dengan jelas menangkap wajah-wajah belasan tahun,
wajah-wajah penuh kasih... terhadapmu.


Bu Haryanti,

bagaimana keadaan Ibu sekarang?
Masihkah Ibu takut dengan penglihatan yang bagimu bak hendak menelan Sang Surya?

Ibu tidak perlu takut.
Mungkin kami ribut, atau apalah
yang mampu mengikis kesabaranmu satu demi satu,
tapi kami menyayangi Ibu.


Ibu pasti sembuh.
Tiada lagi yang perlu mengganggu pandangan Ibu
dengan tangan ajaib-Nya,
yang mampu menghantarkan keajaiban
pada diri Ibu yang telah mengabdi dan
terukir dalam cita dan cinta kami.

Karenanya,
jangan pernah merasa lelah.

Pun kami akan terus berusaha
layaknya Ibu
agar kami pula bisa melihat
berlapis-lapis kebajikan yang tertanam dalam hidup di balik kemelut mendung,
seperti ceritamu
pada kami.