Friday, December 16, 2011

Ojakgyo Hyungjedeul!! ♥ ♥ ♥


"I know he's my son, but what a work of art!"

Annyeonghaseyo~ (^o^)
Lama nggak nge-post tentang Korean drama, yaa... akhir-akhir ini ada drama Korea yang memikat hatiku banget, nich, aw aw aw~
Semenjak berlangganan Top TV akhirnya dapat KBS dan... taraaa~ welcome Korean Drama! Welcome, K-Pop! Hehehe~ sebenarnya dari awal aku udah terpikat sama drama ini waktu liat trailer/teaser-nya pertama kali di KBS. Tau kenapa? Soalnya pemainnya ada UEE After School, Jeon Mi-Seon ( yang jadi ibunya Kim Tak-Goo ), Jeong Woong-In ( OMG! Yang jadi Misaeng di "The Great Queen SeonDeok"!), dan... Moon Jun-Won/Joo-Won ( yang jadi Goo Ma-Jun! Si aktor tampan pemilik senyum mematikan! ) terus langsung, deh, liat jadwal mulainya. Dan sialnya, aku lupa... jadi nggak ngikutin dari awal. Aku baru ngikutin pas episode berapa gitu, kalau nggak salah udah belasan. Pokoknya baru mulai rutin ngikutin pas udah sampai episode yang di mana si UEE lagi ditindas teman-temannya habis-habisan. Setelah beberapa kali ngikutin, lama-lama mikir, "Bener, nih... seru juga ini drama," dan... tadaaa~ aku sampai jatuh cinta mati sama drama ini! X3





Bercerita tentang sebuah keluarga yang memiliki suatu peternakan ( peternakan apa perkebunan? ) bernama "Ojakgyo" yang terdiri atas seorang nenek bernama Shim Kab-Nyeon ( Kim Yong-Rim ), anaknya yang bernama Hwang Chang-Sik ( Baek Il-Seob ) beserta istrinya Park Bok-Ja ( Kim Ja-Ok ), dan juga Hwang bersaudara alias keempat anak mereka, yaitu Hwang Tae-Sik ( Jeong Woong-In ), Hwang Tae-Beom ( Ryu Su-Young ), Hwang Tae-Hee ( Moon Jun-Won/Joo-Won ), dan Hwang Tae-Phil ( Yeon Woo-Jin ). Intinya, drama ini bercerita tentang keluarga Hwang "plus" satu anggota lagi ( liat aja gambarnya, "plus" satu, kan? ), yaitu Baek Ja-Eun ( UEE ). Kenapa Ja-Eun bisa hadir dalam kehidupan mereka? Ini juga ceritanya yang aku rada nggak tau. Nggak nonton awalnya, sih... kalau nggak salah, kehidupan Ja-Eun yang semula bahagia dan bergelimang harta tiba-tiba jadi terpuruk dalam sekejap karena bapaknya dituduh korupsi dan nggak tau ke mana ( dalam cerita itu gosipnya, sih, udah meninggal ) plus ibu tirinya yang kabur juga nggak tau ke mana. Secara otomatis, Ja-Eun hidup terseok-seok karena hartanya ludes disita dan belum lagi nasibnya yang apes tiap kali ketemu penagih hutang. Hutang keluarganya menumpuk ( kalau nggak salah gara-gara ibu tirinya yang matre ) dan ujung-ujungnya Ja-Eun yang diuber-uber para penagih hutang.





Satu-satunya harta ayahnya yang tersisa hanyalah Perkebunan Ojakgyo yang dulu ( kalau nggak salah ) sempat disewakan bapaknya Ja-Eun kepada Hwang Chang-Sik dengan perjanjian kontrak selama kurang-lebih sepuluh tahun. Istrinya, Bok-Ja, nggak rela usaha kerasnya selama sepuluh tahun ini memulai usaha perkebunan dan merawat sendirian benar-benar dari nol harus menyerahkan kembali perkebunan yang dia anggap sudah seperti anaknya sendiri. Akhirnya, dia curi itu surat kontrak dari Ja-Eun dan secara otomatis Ja-Eun nggak bisa minta perkebunannya kalau nggak ada bukti tertulis hitam di atas putih. Ja-Eun panik karena dia mengira bahwa dia sendiri yang ceroboh menghilangkan surat kontraknya. Tapi, Ja-Eun pantang menyerah. Dia tetap yakin kalau perkebunan itu milik ayahnya dan sebagai anaknya, sudah pasti dia berhak memiliki perkebunan tersebut. Lagian dia juga udah nggak punya tempat tinggal, ya sekalian aja numpang di sana... tapi Bok-Ja nggak suka dan udah berkali-kali ngusir Ja-Eun. Ja-Eun yang keras kepala nggak putus asa gitu aja sampai-sampai dia rela mendirikan tenda di depan halaman rumah mereka!



Awalnya, sikap Ja-Eun yang egois ( kebiasaan hidup bergelimang harta kali, ya... ), angkuh, dan nggak sopannya minta ampun akhirnya mulai melunak dan berhasil meluluhkan hatinya Bok-Ja. Mereka mulai akrab dan menggarap perkebunan bersama sampai-sampai mereka merasa hubungan mereka sudah sangat dekat seperti ibu dan anak. Di sana juga Ja-Eun jatuh cinta pada anak ketiga mereka ( sebenarnya bukan anak kandung, sih, itu anak dari saudaranya Hwang Chang-Sik. Rumit kalau diceritain di sini. ), Tae-Hee, seorang detektif polisi yang emosional, cool, keras, introvert, susah mengekspresikan diri, kaku, tapi rapuh dan lembut hatinya.





Setelah akhirnya Ja-Eun mulai dekat dengan keluarga Hwang dan dianggap sebagai salah satu anggota keluarga mereka, Bok-Ja semakin merasa bersalah dan malapetaka pun terjadi. Saat Bok-Ja hendak menceritakan kejadian yang sebenarnya dan meminta maaf tentang surat kontraknya, Ja-Eun secara nggak sengaja udah nemuin surat kontrak itu duluan! Wah, otomatis terjadi perang dingin, deh, di Perkebunan Ojakgyo...



Ja-Eun yang kebetulan udah ketemu ibu tirinya akhirnya mengungsikan diri dari Keluarga Hwang karena nggak sudi lagi tinggal bareng mereka dan memutuskan untuk tinggal sama ibu tirinya di sebuah losmen tua sambil menghindari para penagih hutang. Dasar ular, setelah berpura-pura baik dan meminta maaf si ibu tirinya menghasut Ja-Eun untuk segera menjual Perkebunan Ojakgyo supaya bisa melunasi hutang ( dan mungkin selanjutnya dia berencana untuk lari lagi dengan uang sisa penjualan perkebunan dan meninggalkan Ja-Eun sendirian lagi ). Ja-Eun yang merasa kecewa karena merasa dikhianati bersikeras untuk nggak memaafkan ataupun kembali lagi ke Perkebunan Ojakgyo, padahal setelah kepergian Ja-Eun si Tae-Hee menyadari perasaannya dan mengatakan perasaan yang sesungguhnya terhadap Ja-Eun tapi malah dicaci maki habis-habisan karena begitu kesalnya Ja-Eun terhadap keluarga Hwang ( padahal sebenarnya dia masih suka, tuh, sama Tae-Hee ). Setelah perkebunannya terjual kepada sebuah perusahaan film, sang nenek, Kap-Nyeon, meminta Ja-Eun untuk tidak menjualnya ke perusahaan film tersebut karena ternyata direkturnya tak lain adalah Kim Hong ( entah diperankan oleh siapa ), suami kedua yang menikah dengan ibunya Tae-Hee setelah suami sebelumnya, saudaranya Chang-Sik, meninggal dalam kecelakaan dan meninggalkan Tae-Hee sendirian saat berusia... lupa, antara 4-6 tahun. Rumit, ya? Hehehe... aku aja bingung jelasinnya...^^;
Kap-Nyeon yang dendam terhadap ibunya Tae-Hee yang tega meninggalkan Tae-Hee begitu saja bersikeras meminta Ja-Eun supaya nggak menjual perkebunan tersebut kepada perusahaan film keluarga Kim, "Good Film", sambil bercerita tentang masa kecil Tae-Hee. Ja-Eun boleh menjual perkebunan itu kepada siapa saja, tapi tidak untuk keluarga Kim. Dan Ja-Eun yang tersentuh serta mulai luluh setelah mengetahui masa lalu Tae-Hee memutuskan untuk membatalkan kontrak penjualanya dengan Kim Je-Ha ( Jung Suk-Won ), wakil direktur "Good Film", yang tak lain adalah anak dari Kim Hong dan ibunya Tae-Hee ( yang ini entah anak kandung mereka atau bukan. Karena kalau nggak salah pernah nonton streaming lewat internet, katanya Je-Ha itu anak adopsi ). Je-Ha setuju untuk membatalkan kontrak dengan syarat Ja-Eun bisa mengganti uang kontraknya ( kalau nggak salah dua kali lipatnya, malah... ) dalam waktu enam bulan dan uang tersebut harus benar-benar murni hasil dari penjualan dari apa yang ada dalam Perkebunan Ojakgyo ( entah hasil penjualan bebek, telur bebek, makanan bebek, atau apalah ) terus juga harus bersedia nge-date sama Je-Ha sebanyak 20 kali! Berarti mau nggak mau Ja-Eun harus kembali ke Perkebunan Ojakgyo, dong... dan hal tersebut justru malah membuat Ja-Eun senang. Karena pada akhirnya Ja-Eun sadar, sebenci apapun dia terhadap keluarga Hwang ( bahkan bersumpah sampai mati pun nggak akan memaafkan mereka, terutama Bok-Ja ), rasa sayangnya lebih besar ketimbang rasa bencinya. Karena di sanalah untuk pertama kalinya dia merasakan hadirnya seorang ibu ( maklum, ibu kandungnya udah meninggal ) dan kehangatan keluarga. Sesampainya di sana, anggota keluarga Hwang yang lagi pada beres-beres untuk pindah rumah bingung melihat kedatangan Ja-Eun yang ingin tinggal lagi di sana. Akhirnya, Ja-Eun cerita tentang usaha dia mempertahankan perkebunannya dan itu membuat keluarga Hwang senang. Mereka dengan senang hati bersedia membantu Ja-Eun untuk mengganti uang kontraknya. Mereka senang Ja-Eun kembali ke Perkebunan Ojakgyo karena dengan itulah mereka merasa kehangatan keluarga mereka yang telah "hilang" dapat ditemukan kembali.



Dan... ehm, ini dia... Tae-Hee sama Ja-Eun jadi awkward banget. Kocak banget, deh! Pokoknya, si Tae-Hee paling nggak suka liat Ja-Eun dekat-dekat sama Je-Ha. Sampai akhirnya di episode 34-35 si Tae-Hee ( yang emang udah nggak tahan lagi ) bilang kalau sampai detik ini pun dia masih begitu menyukai Ja-Eun. And guess what? Ja-Eun cuma pasang muka bingung sambil bilang, "Ayo, pergi." terus pergi gitu aja! Hal ini jelas-jelas bikin Tae-Hee bingung dengan respon dari Ja-Eun. Begonya, si Tae-Hee malah curhat sama si Tae-Phil yang menurut dia paling handal dalam masalah cewek. Jelas aja si Tae-Phil ngetawain dia dan bolak-balik godain Tae-Hee sambil sengaja bilang "ayo, pergi" di tiap kesempatan. Bwahahaha~ nonton adegan yang satu ini emang bikin aku nggak bisa menahan tawa. Kocaknya minta ampun! X'D



Dan Tae-Hee yang emang udah benar-benar nggak tahan plus geregetan setengah mati menyeret Ja-Eun sambil minta penjelasan...





( Kira-kira begini translate-nya... )

Tae-Hee : Apa yang kau maksud dengan kata-kata "ya-ayo, pergi", apa artinya? Orang lain akan merasa tersedak sampai mau mati mendengar ucapanmu. Setidaknya aku harus tahu artinya. Kenapa kau membuatku gila? Aku hanya memahami kata-kata yang jelas seperti "ya" atau "tidak". Aku tidak mengerti sesuatu yang tidak jelas, karena itu jawab aku. Aku tak mau lagi gila karena hal ini dan aku sudah siap. Aku sudah siap, jadi jawablah pernyataanku.
Ja-Eun : ( Terdiam. )
Tae-Hee : Kubilang, aku sudah siap, jadi jawablah. Jawablah!
Ja-Eun : Apakah kau bodoh? Kau kira kenapa aku mau kembali ke perkebunan? Sampai mati pun aku tak bisa memaafkan Bibi, lalu kenapa aku mau memaafkannya? Aku harus memaafkan Bibi, jadi aku bisa melihatmu, aku harus kembali ke perkebunan agar bisa melihatmu kembali. Bagaimana bisa aku menjawab dengan "ya" atau "tidak" untuk menjelaskannya? Aku sangat merindukanmu, karena berharap ingin bertemu denganmu, rasanya membuatku gila, sering sekali aku ingin berlari menghampirimu, ingin mendengar suaramu, menginginkanmu membelikan kopi untukku. Jika aku membenci Bibi atau menjual perkebunan itu, aku tak dapat melakukan...
Tae-Hee : ( Tiba-tiba mencium Ja-Eun. )
Ja-Eun : ( Kaget. Berusaha menghindar dan melangkah mundur. )
Tae-Hee : Diam di situ.
Ja-Eun : ( Berhenti. )

And then... nyahahaha~ :D



And that's happened in episode 36! Sayang banget di Indonesia baru sampai episode 32... tapi, di episode 32 juga ada bahagianya, lho~ si anak kedua, Tae-Beom, akhirnya makin lengket sama istrinya, Cha Su-Yeong ( Choi Jung-Yoon ), yang dinikahinya secara terpaksa gara-gara lagi mabuk terus "MBA". Tapi, mereka juga kocak banget sumpah. Apalagi pas mulai muncul seorang pria di tempat kerja mereka yang kemudian menjadi atasan mereka, yang tak lain adalah teman kuliah Soo-Young. Dan dia naksir Soo-Young sejak kuliah! Berhubung mereka menyembunyikan pernikahan mereka di kantor, Soo-Young ngakunya masih lajang, otomatis si Tae-Beom kewalahan menghadapi PDKT-nya pria itu ke Soo-Young. Cemburu, nih, yee... hahaha~ sayangnya, akhir-akhir ini perkembangan hubungan mereka memburuk karena hadirnya Han Hye-Ryeong ( Kim Hae-In ), mantan pacar Tae-Beom, yang bikin Soo-Young cemburu buta dan semuanya jadi berantakan. Akhir-akhir ini juga si anak bungsu, Tae-Phil, sedang dekat-dekatnya dengan Nam Yeo-Eul ( Song Seon-Mi ), yang tak lain adalah bibinya sendiri! Soalnya Ye-Wool itu adiknya ibunya Soo-Young, jadi istilahnya "bibi ipar" gitu, deh, hehehe... yang kasihan si Tae-Sik. Kisah cintanya dengan Ye-Jin ( Yoon Joo-Hee ) kandas karena kehadiran Guk-Su ( Park Hee-Gun ), anak dari hasil hubungannya dengan Angelica ( jarang muncul tokoh yang satu ini ), mantan pacarnya di Philipina. Biarpun awalnya nggak mau nerima Guk-Su, lama-lama dia luluh dan mulai sayang sama Guk-Su. Terlebih lagi teman masa sekolahnya, Kim Mi-Sook ( Jeon Mi-Seon ), juga sayang dan tulus ikut merawat Guk-Su. Kayaknya, sih, ujung-ujungnya Tae-Sik sama Mi-Sook, tapi sampai sekarang belum ada perkembangannya, si Tae-Sik masih aja mikirin Ye-Jin. Padahal si Mi-Sook hatinya nggak berubah dari dulu, biar si Tae-Sik childish kayak apa, ya, tetap aja tulus menyukai dia...

Segitu dulu, yah, udah mau subuh, nih... hahaha... pokoknya satu hal yang aku suka dari "Ojakgyo Family", yaitu jalan ceritanya yang selalu di luar dugaan dan penuh dengan kehangatan keluarga. Genre family-nya kena banget! Apalagi kalau lagi ada masalah ada gitu, seluruh anggota keluarga bakal berkumpul dan bermusyawarah untuk memecahkan masalahnya bersama-sama.





Anyway, drama ini juga dikenal dengan nama "Ojakgyo Brothers", "Ojakgyo Family", atau "Golden Pond" ( di Indonesia jadinya "Keluarga Bahagia". Ngek? ). Kata "Ojakgyo" itu sendiri adalah nama jembatan yang dibentuk oleh burung gagak untuk menyatukan sepasang kekasih di langit, yaitu seorang penggembala dan seorang penenun. Hmm... mirip kepercayaan "Orihime dan Hikoboshi" yang ada dalam perayaan Tanabata di Jepang, nggak, sih?

Tuesday, December 13, 2011

MENGUMPAT

Nggak tau kenapa, nih, akhir-akhir ini jadi sensitif aja gitu...
Kayaknya apa-apa dibikin kesal terus.
Mau ngapa-ngapain jadinya nggak enak.

Sebenarnya dari dulu yang pengen banget aku lakukan tiap kali kondisiku lagi begini cuma satu, yaitu MENGUMPAT.


Kenapa harus MENGUMPAT?


Karena menurutku, dengan mengumpat bisa mengeluarkan sebagian emosi yang ada dalam diri kita.
Karena menurutku, dengan mengumpat seakan-akan sebagian beban kita ikut hilang.
Karena menurutku, dengan mengumpat dapat melampiaskan semua kekesalan yang ada, jadinya sedikit merasa lega.

Tapi setiap kali aku mau mengumpat...
Lidahku seperti tertahan.
Seolah-olah seperti ada yang berteriak, "Jangan!"
Padahal orang lain dengan mudahnya mengucapkan "C****E", "S**T", "F**K", "K***T", "*S*", atau berbagai "kebun binatang" lainnya.

Terus, aku harus gimana?
Aku udah ber-Istighfar...
Tapi rasanya Istighfar pun belum cukup untuk meredam emosiku.
Dan juga belum cukup untuk menutupi kesalahanku, bertaubat, bahkan untuk memaafkan diriku sendiri.

Rasanya aku kayak manusia nggak tau malu.
NGGAK TAU BERSYUKUR!


Tuhan,
Jangan sampai aku terjerat dalam lingkaran setan.

Aamiin...

Sunday, December 11, 2011

Kapan Belajarnya?

Nggak tau harus ngomong apa lagi.

Benar-benar SPEECHLESS.

Bawaannya capek melulu.
Kepala pusing. Berat.
Rasanya penuh dengan tekanan.
Kadang jadi nangis nggak jelas.

Nggak tau, nih, akhir-akhir ini labil dan bad mood-ku kambuh lagi.


RANDOMLESS. REBELICIOUS.


Aku cuma butuh motivasi.
Dan semangat penuh.
Yah... meskipun aku tau langkah yang kuambil ini penuh resiko...
Tapi kalau terus-menerus diingatkan tentang resiko dan konsekuensinya, kapan aku bisa maju?
Malah semakin tertekan dan negative thinking jadinya...

Aku cuma butuh support yang benar-benar bisa "membakar" tekad dan semangatku.


Ayo, Liaaa...

Kapan belajarnya?

Saturday, December 10, 2011

Come Back Post...!

おはようございます!
좋은 아침!
早上好!
Bonjour!
Good Morning!
Selamat Pagi!

Apa kabar? Lama tidak blogging, ya... finally, selesai juga nge-post tentang anak-anak X-7, it took really really really a long time to finish it. And guess what? Sekarang aku lagi sibuk dengan berbagai kegiatan yang terkadang bikin aku pengen teriak-teriak sendiri. Sekarang aja hidungku udah mulai bersin-bersin. Oh My God... jangan sakit, please~
Anyway, tahukah kalian ciri-ciri orang nekad?

Adalah orang yang tidak menyukai pelajaran Ekonomi.
Adalah orang yang sejak kelas X nilai mata pelajaran Ekonominya suka remidial atau terkadang nilainya pas-pasan, paling nggak lolos dengan nilai mepet-mepet KKM.
Adalah orang yang tidak mengerti bagaimana kurva ini bisa begini dan begitu.
Adalah orang yang menjawab bahwa dampak dari pemberian subsidi kepada produsen justru malah menaikkan harga.
Adalah orang yang kalau melihat Guru Ekonominya saja kedua alisnya sudah mengernyit ( mohon maaf, yah... ).
Adalah orang yang selalu menguap saat pelajaran Ekonomi dan setelah bel usai pelajaran berbunyi baru manyadari bahwa tak ada satupun materi Ekonomi yang menyangkut di kepalanya.
Adalah orang yang menangis dan nyaris stress sendiri menjelang tes Ekonomi.
... Dan adalah orang yang tahu persis bahwa dirinya benci Ekonomi justru malah ikut serta pembinaan Olimpiade Ekonomi.


Ya, itulah SAYA.


GILA!
Sampai sekarang aja terkadang aku masih nggak percaya kalau aku ikut pembinaan itu! Tau kenapa saya nekad mengikutinya?

1. Iseng
2. Pengen coba-coba
3. Tambah pengalaman
4. Tambah teman
5. Biar sibuk

Tapi, sebenarnya di atas itu semua, sih, aku cuma pengen membunuh rasa benciku terhadap Ekonomi... masalahnya, kalau aku terus-terusan membenci Ekonomi gimana aku bisa maju? Apalagi aku anak IPS.
Jalan satu-satunya yang terlintas di kepalaku, yaa... ikut pembinaan Olimpiade Ekonomi.

Mungkin orang gila aja kali, ya, yang nekad ambil jalan seperti ini, tapi... yaa... mohon maaf, itulah saya. Capek, sih, iya... bahkan selama classmeeting dan liburan ini kayak nggak berasa liburan, rasanya seperti sedang dikejar-kejar deadline. Yah, itulah resikonya...
Rasanya pengen banget tiduran, tapi begitu ingat kalau belum belajar, pas tidur jadi rada kepikiran.

Padahal pas awal-awal pembinaan aku udah merasa kesindir, soalnya dibilangin, "Olimpiade itu bukan ajang untuk coba-coba ataupun main-main. Harus serius. Yang mau mengundurkan diri dari sekarang, silakan... mumpung masih awal-awal."
JDEEERRR...!! Alamak. Kena banget. Tapi, aku memutuskan untuk nggak mundur. Alasannya? Gengsi. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, ya, alasan sebenarnya aku cuma masih penasaran kenapa aku belum mudeng-mudeng sama pelajaran yang satu itu.
Yah, ambil sisi positifnya aja... hitung-hitung review materi pelajaran kelas X, yang di mana pada saat semester II aku hanya lolos ulangan harian satu kali, sisanya remidial semua.

Stress? Jujur... iya juga, sih.

Tapi... nggak apa-apalah. Harus tetap semangat.

Ayo, kita semangat, Rias, Bita, dan Alma!

Bismillah...